Perhatikan jam tangan kita baik-baik, apakah sedang menunjukkan pukul 8 tepat?
Coba bandingkan dengan jam tangan orang-orang di sekitar kita. Bila ada selisih
satu atau dua menit, itu tak apa. Namun kita mudah sekali menemukan banyak
orang memajukan jarum jamnya lima atau sepuluh menit lebih cepat dari yang
semestinya. Itu dilakukan, alasan mereka, agar tidak terlambat ke tempat tugas.
Dengan memajukan jarum jam lebih cepat, mereka terpacu untuk melakukan kegiatan
lebih dini. Yang menarik, sebenarnya mereka sadar akan perbuatan itu. Ini
terbukti bila ditanya, mereka akan mengakui kesengajaan itu dan tahu persis
berapa menit mereka memajukan "waktu" mereka. Mereka sengaja "mengelola" waktu
untuk "memanipulasi" diri mereka sendiri. Mereka mempunyai waktu mereka
sendiri, sedangkan kita pun memiliki waktu kita sendiri. Meski kita semua
tampaknya sedang berjalan di satu garis waktu besar yang sama, namun "jalan
setapak" yang kita lalui amat berbeda-beda.
Pertanyaan #1--Sadarkah anda bahwa mengelola waktu bukan sekedar menghitung jam
demi jam (secara kuantitatif), melainkan mengelola emosi-emosi (secara
kualitatif)? Sadarkah anda juga bahwa anda memiliki "waktu eksklusif" anda
sendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain?
Kini mari perhatikan laju jarum jam kita masing-masing. Setiap jarum detik,
menit dan jam, bergerak secara teratur. Demikian pula seluruh jarum jam yang
ada di dunia, mereka berdetak seirama dan sejalan, seolah ada kesepakatan
global untuk tidak saling mendahului ataupun tertinggal. Karena kesepakatan
itulah kita bisa merencanakan penggunaan waktu dengan sesama. Kita bisa
menyusun janji dengan orang lain tanpa harus saling berselisih mengenai
perbedaan waktu. Namun, mari perhatikan saat kita menantikan sesuatu, waktu
seolah berjalan lambat sekali. Semenit bagaikan sejam. Sebaliknya, saat kita
sedang diburu-buru oleh batas waktu pekerjaan, waktu seolah berjalan cepat
sekali. Sejam bagaikan semenit saja. Terasa ada dua macam "waktu" yang berbeda,
yang pertama adalah waktu yang ditunjukkan dengan perjalanan teratur jarum jam
tangan kita (waktu fisik), dan yang kedua adalah waktu yang berjalan dalam
pikiran kita sendiri (psikis).
Pertanyaan #2--Menurut anda mengapa ada "waktu" yang berjalan cepat dan
lambat? "Waktu" apakah itu? Apakah anda juga sadar bahwa ada "waktu" yang
berjalan secara teratur? "Waktu" apakah itu?
Kita semua mendapat bekal sejumlah waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam sehari.
Ini berlaku bagi siapa saja, tanpa terkecuali. Secara umum kita diajar untuk
membagi waktu sebanyak 24 jam dalam sehari tersebut menjadi tiga bagian, yaitu;
pertama, waktu kerja/aktif untuk bekerja dan melakukan berbagai
kegiatan/kewajiban (biasanya dimulai pukul 8 pagi hingga 4 sore), kedua, waktu
tidur/istirahat untuk tidur, beristirahat memulihkan kondisi tubuh yang
digunakan selama waktu bekerja (biasanya (antara pukul sembilan malam hingga 5
pagi), dan waktu bebas/pribadi yang tersedia di sela-sela waktu tidur dan
kerja. Waktu bebas/pribadi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga
dan sosial. Pola ini, yang entah sejak kapan dikenal, tampak berusaha
menyeimbangkan aktivitas fisik dan psikis. Namun, dalam kehidupan kerja modern,
waktu menjadi tolok ukur baru bagi sebuah kemajuan. Semakin cepat semakin baik.
Waktu dipandang sebagai sumber daya yang tak ternilai yang harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya. Muncullah tuntutan untuk mengelola waktu agar kita bisa bekerja
seefektif dan seefisien mungkin. Diciptakanlah berbagai metode, alat, dan
tehnologi untuk mengatur atau lebih tepatnya menghemat waktu kita. Bahkan, tiba-
tiba seringkali kita merasa mengalami kekurangan waktu. Keseimbangan pola 3 x 8
jam fisik yang kita kenal sebelumnya lambat laun bergeser. Tanpa sadar,
kegiatan kerja mendominasi hampir seluruh waktu yang tersedia. Kita mulai
mengurangi waktu tidur, dan tidak ada banyak waktu lagi untuk bersosialisasi.
Bersamaan dengan itu pula keseimbangan waktu psikis juga mengalami pergeseran.
Pertanyaan #3--Bagaimana anda mengelola waktu anda? Seberapa seimbangkah anda
mengola waktu anda?
Maka sebenarnya kunci pengelolaan waktu, baik fisik dan psikis kita, adalah
keseimbangan antar keduanya. Dan keseimbangan itu tidak terletak pada bandul
jam tangan kita, melainkan pada pikiran kita, sejauh mana kita mampu mengukur
dan menimbang setiap detik penggunaan waktu kita dengan kegiatan-kegiatan yang
multidimensi. Mengelola waktu berarti pula menjaga keseimbangan aktivitas kita
dengan nilai, prinsip, manfaat dan tujuan.
Pertanyaan #4--Menurut anda, apa artinya sebuah perencanaan waktu?
Kebanyakan dari kita menggunakan "time planner" untuk merencanakan penggunaan
waktu. Kita menuliskan agenda kegiatan dalam sebuah tabel waktu linier, dari
waktu sekarang menuju waktu-waktu selanjutnya. Kita pilah-pilah menjadi jam dan
menit. Saat menulis, pikiran kita melompat jauh ke depan, dan seolah-olah telah
melihat apa yang akan kita lakukan. Mungkin juga, saat menyusun agenda, kita
menengok ke belakang untuk melihat apa yang telah dan belum dilakukan. Begitu
terus, pikiran kita melompat ke belakang lalu ke depan lagi. Teramat jarang
sekali pikiran kita terhenti pada kegiatan "saat ini". Pada saat kita menulis,
pikiran kita tidak sepenuhnya tertuju pada kegiatan menulis, melainkan pada
rencana mendatang. Pertanyaannya adalah, sebenarnya waktu yang sedang kita
alami ini adalah waktu apa? Waktu akan datang? Atau waktu lampau? Tentu
jawabannya adalah waktu sekarang, waktu kini. Waktu akan datang belumlah
datang. Sedangkan waktu lampau sudah tertinggal di belakang. Jadi sebenarnya,
perencanaan waktu adalah sebuah pekerjaan imajiner, bahkan saat pikiran kita
berpikir tentang waktu, seringkali waktu tersebut hanyalah sesuatu yang
imajinatif belaka. Ini disebabkan betapa tidak mudahnya kita menyadari
kehadiran "waktu sekarang". Padahal kunci pemanfaatan waktu yang sebaik-baiknya
adalah bila kita sadar bahwa yang tersedia hanyalah "waktu sekarang",
bukan "waktu nanti" apalagi "waktu lampau". Kesadaran ini menuntun kita untuk
melakukan sesuatu sebaik-baiknya sekarang, bukan nanti.
Pertanyaan #5--Sadarkah anda bahwa waktu yang ada hanyalah waktu "sekarang"?
Sadarkah anda bahwa waktu kemarin dan waktu esok sebenarnya hanya ada dalam
kerja pikiran anda? Apakah anda menangkap waktu yang "ketiga" selain waktu
fisik dan psikis?
Mengelola waktu bukan sekedar mengelola kegiatan, emosi, apalagi sekedar
mencocokkan jam tangan anda. Mengelola waktu adalah mengelola kehidupan.
Mengelola waktu menuntun kita untuk memilih mana yang terbaik bagi kehidupan
ini. Sayangnya, tidak cukup mudah bagi kita bisa memahami apa
sebenarnya "waktu" itu. Padahal, para bijak sering berkata, "hiduplah saat ini"
karena yang tersedia memang hanya "saat" ini.
KEGIATAN ALTERNATIF
Mengelola waktu bukanlah pekerjaan yang mudah. Merencanakan penggunaan waktu
mungkin cukup mudah untuk dilakukan, namun mengisinya sesuai dengan rencana
adalah hal yang berbeda. Kegiatan ini bertujuan agar anda bisa menangkap sejauh
mana anda mampu berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang anda susun
sebelumnya. Mulailah di pagi hari sebelum anda melakukan kegiatan apa-apa.
(Paradoks memang, anda menggunakan waktu justru untuk merencanakan penghematan
waktu.)
1--Pagi hari, sebelum melakukan apa-apa, coba isi agenda kerja anda untuk hari
ini. Rencanakan semua kegiatan anda sedetil mungkin. Susun sesuai dengan skala
proritas tujuan anda. Jangan hanya menentukan kapan anda melakukan kegiatan,
namun juga berapa lama, dan apa yang harus anda kerjakan selanjutnya jika
kegiatan utama tersebut gagal dilaksanakan. Ini menuntut anda untuk mengetahui
tujuan anda hari ini. Setelah selesai, hitung berapa lama waktu yang anda
gunakan untuk menyusun rencana.
2--Siang hari, tengok kembali agenda anda. Kini, tuliskan apakah anda telah
berjalan sesuai dengan rencana, atau ada banyak penyimpangan-penyimpangan.
Nilailah diri anda sendiri bagaimana anda mengisi waktu anda. Pertanyakan pada
diri sendiri, apakah agenda yang anda susun pagi hari tadi cukup berguna?
3--Kini coba tuliskan semua perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang menyertai
kegiatan anda. Misal: jam 09.00. Kegiatan: menelepon si X; emosi: netral. Coba
tulis apakah anda mengalami kecemasan, takut, khawatir, senang, penuh harap,
dan lain-lain. Tulis pula berapa lama perasaan itu melanda anda. Kegiatan ini
cukup sulit, karena tidak semua orang terbiasa untuk menyadari perasaan dan
emosi mereka. Dapatkah anda melihat hubungan antara kegiatan anda dengan emosi
yang muncul.
4--Lihatlah agenda untuk siang hingga sore nanti. Lakukan revisi bila anda
merasa ada bagian yang harus direvisi ulang. Mungkin anda harus menambahkan
kegiatan baru, menghapus/menunda kegiatan yang telah anda rencanakan di pagi
hari. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemampuan anda menyusun perencanaan
di muka, sekaligus flesibilitas anda terhadap tuntutan perubahan.
5--Pada akhir hari lihat kembali seluruh kegiatan anda hari ini. Apakah anda
cukup puas dengan apa yang anda lakukan? Apakah anda merasa mampu mengelola
waktu anda dengan baik?
Berbicara tentang waktu adalah berbicara tentang misteri besar. Sebagian orang
memandang waktu seperti garis lurus yang harus dilalui. Waktu bergerak maju,
dan kita hanyut di dalamnya. Sebagian orang yang lain memandang waktulah yang
menerjang kita dengan deras. Namun, ada juga orang yang memandang bahwa waktu
itu sama sekali tak bergerak. Bagi mereka waktu adalah saat ini, karenanya
harus digunakan sebaik-baiknya. Dan, itulah kunci utama dalam mengelola waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar